Rabu, 07 November 2018

Aneh


Ada satu kebiasaan dariku yang mungkin agak aneh bagi orang lain. Ketika sedang berpikir, terkadang aku sering sambil memandangi orang dan biasanya pandanganku tepat mengarah ke wajah orang itu. Entah mengapa cara itu cukup membantuku untuk bisa fokus berpikir dan lebih mudah dalam memproses data-data yang ada di dalam pikiranku.

Tapi, ada yang lebih aneh lagi.


Ketika yang ku pandangi adalah wajah dia. Justru yang terjadi itu aku menjadi kesulitan berpikir. Seperti terjadi brain freezing secara tiba-tiba. Pikiranku mendadak kosong.Pikiranku blank. Aku bahkan kesulitan fokus dengan apa yang aku pikirkan karena tiba-tiba isi pikiranku berubah secara drastis. Pikiranku langsung terpenuhi dan tertuju pada satu titik, yaitu dia. Rasanya akalku seperti terkena setruman listrik yang cukup besar hingga mampu melumpuhkan pikiran.
 
Oh, tidak! Aku pikir ini terlalu berbahaya. Aku bisa kehilangan akal sehatku kalau ini terus terjadi. Ada rasa tidak nyaman dalam diri disertai rasa bersalah ketika terjadi brain freezing akibat dirinya. 
Padahal terkadang dia hanya sekedar lewat di depan mataku. Tapi itu sudah cukup mampu menganggu pikiranku. Aku merasa lemah dan tak berdaya karena pikiranku serasa terbajak secara mendadak. Tanpa peringatan apapun dan tanpa persiapan diri. Kalaupun peringatan dan persiapan itu ada, tetap saja aku akan kesulitan bukan ?
Aku tahu ini apa. Aku tahu apa penyebabnya. Tapi aku tak mau mengakui bahwa memang itulah yang terjadi dan memang itulah yang menjadi penyebabnya. Sulit bagiku menerima kenyataan ini. Ada sesuatu dalam diri yang selalu berusaha menolak keras keberadaan realitas itu dengan alasan bahwa penolakan itu adalah yang terbaik bagiku sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Aku memang tak bisa mengelak dari kenyataan yang ada. Namun, jika aku bisa memilih, maka aku akan memilih untuk tidak pernah menyadari kenyataan itu. Bahkan mungkin bila bisa, aku ingin realitas itu tidak pernah benar-benar muncul di kehidupanku. Karena seperti yang sudah ku bilang sebelumnya, keberadaan realitas itu hanya menggangguku.
Meskipun banyak memberikan gangguan, sayangnya realitas itu juga memberikan kebahagiaan tersendiri. Yah….walupun hanya ku nikmati kebahagiaan itu sendiri, tapi setidaknya ada suatu hal yang dapat menghiburku bukan ? Mengapa tidak ku ambil saja sisi positifnya ?
Ah…tapi…tetap saja ini berbahaya bagiku kan ? Karena aku belum bisa mengendalikan keberadaan realitas itu.

Tidak ada komentar: