Ada satu kebiasaan dariku yang mungkin agak aneh bagi orang lain. Ketika sedang berpikir, terkadang aku sering sambil memandangi orang dan biasanya pandanganku tepat mengarah ke wajah orang itu. Entah mengapa cara itu cukup membantuku untuk bisa fokus berpikir dan lebih mudah dalam memproses data-data yang ada di dalam pikiranku.
Tapi, ada yang lebih aneh lagi.
Ketika yang ku pandangi adalah wajah dia. Justru yang terjadi itu aku menjadi kesulitan berpikir. Seperti terjadi brain freezing secara tiba-tiba. Pikiranku mendadak kosong.Pikiranku blank. Aku bahkan kesulitan fokus dengan apa yang aku pikirkan karena tiba-tiba isi pikiranku berubah secara drastis. Pikiranku langsung terpenuhi dan tertuju pada satu titik, yaitu dia. Rasanya akalku seperti terkena setruman listrik yang cukup besar hingga mampu melumpuhkan pikiran.
Ketika yang ku pandangi adalah wajah dia. Justru yang terjadi itu aku menjadi kesulitan berpikir. Seperti terjadi brain freezing secara tiba-tiba. Pikiranku mendadak kosong.Pikiranku blank. Aku bahkan kesulitan fokus dengan apa yang aku pikirkan karena tiba-tiba isi pikiranku berubah secara drastis. Pikiranku langsung terpenuhi dan tertuju pada satu titik, yaitu dia. Rasanya akalku seperti terkena setruman listrik yang cukup besar hingga mampu melumpuhkan pikiran.
Oh, tidak! Aku pikir ini terlalu berbahaya. Aku
bisa kehilangan akal sehatku kalau ini terus terjadi. Ada rasa tidak nyaman
dalam diri disertai rasa bersalah ketika terjadi brain freezing akibat
dirinya.
Padahal terkadang dia hanya sekedar lewat di
depan mataku. Tapi itu sudah cukup mampu menganggu pikiranku. Aku merasa lemah
dan tak berdaya karena pikiranku serasa terbajak secara mendadak. Tanpa
peringatan apapun dan tanpa persiapan diri. Kalaupun peringatan dan persiapan
itu ada, tetap saja aku akan kesulitan bukan ?
Aku tahu ini apa. Aku tahu apa penyebabnya.
Tapi aku tak mau mengakui bahwa memang itulah yang terjadi dan memang itulah
yang menjadi penyebabnya. Sulit bagiku menerima kenyataan ini. Ada sesuatu
dalam diri yang selalu berusaha menolak keras keberadaan realitas itu dengan
alasan bahwa penolakan itu adalah yang terbaik bagiku sebelum terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
Aku memang tak bisa mengelak dari kenyataan
yang ada. Namun, jika aku bisa memilih, maka aku akan memilih untuk tidak
pernah menyadari kenyataan itu. Bahkan mungkin bila bisa, aku ingin realitas
itu tidak pernah benar-benar muncul di kehidupanku. Karena seperti yang sudah
ku bilang sebelumnya, keberadaan realitas itu hanya menggangguku.
Meskipun banyak memberikan gangguan, sayangnya
realitas itu juga memberikan kebahagiaan tersendiri. Yah….walupun hanya ku
nikmati kebahagiaan itu sendiri, tapi setidaknya ada suatu hal yang dapat
menghiburku bukan ? Mengapa tidak ku ambil saja sisi positifnya ?
Ah…tapi…tetap saja ini berbahaya bagiku kan ?
Karena aku belum bisa mengendalikan keberadaan realitas itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar